Cilengkrang



minimalis board

Dieng Temple

Garuda Wisnu Kencana




Garuda Wisnu Kencana...

Jurnal Pariwisata

Jurnal Pariwisata



Jurnal Pariwisata, Volume 8, Nomor 1, February 2007

1. Strategi Promosi Menghadapi Krisis Pariwisata dan Pergeseran Psikografi Wisatawan [Janianton Damanik]
2. Tanggung Jawab Sosial Jaringan Hotel Internasional Terhadap Partisipasi Masyarakat [Bambang Suharto]
3. Mendongkrak Keunggulan Bersaing Melalui Competency Distinctive Sumber Daya Internal [Suryana]
4. Services Capes Dalam Setting Wisata Leisure : Konsepsi dan Konsekuensi [Mohammad Raharso & Sri Raharso]
5. Peluang dan Tantangan Kepariwisataan Jawa Barat [E. Maryani]
6. Citra Destinasi dan Konsekuensinya [Sri Raharso & Charles Marihot]
7. Komunikasi Nonverbal Dalam Pelayanan Hotel [Diana simanjuntak]

Jurnal Pariwisata



Jurnal Pariwisata, Volume 7, Nomor 2, September 2006

1.Tourism Development Planning in less Developed Nations: Are The Benefit and Cost
Evenly Distributed Amongst The Stakeholders? [Any Noor]
2.Pengaruh Penerapan Cost Control Terhadap Cost of Food Consumed [Andre Hernowo]
3.Teknik Pengembangan Kepariwisataan [Koen Koeryaman]
4.Pengembangan Hutan Lindung Bukit Bingkirai Sebagai Objek Wisata Alam Di Kutai
Katanegara [Said Keliwar]
5.Kaji Potensi Desa Wisata Di Kelurahan Pelabuhan Ratu Berdasarkan Pendekatan
Pengembangan Desa Wisata [Nandi, S. Pd]
6.Pendidikan Life Skills Budi Daya Strobery Dampaknya Terhadap Pendapatan Para
Petani [Endang Supardi]

David Ogilvy (American master of advertising)

“Konsumen bukanlah orang yang tolol. Konsumen adalah istri anda. Anda melecehkan kepintarannya kalau anda sampai beranggapan bahwa sebuah slogan atau beberapa kata sifat hambar sudah cukup untuk membujuk konsumen membeli sesuatu. Konsumen membutuhkan semua informasi yang dapat anda berikan kepadanya.”

Franz Magnis-Suseno

“Suara hati adalah kesadaran pribadi setiap orang mengenai apa yang harus dilakukannya dalam situasi konkret yang dihadapinya. Suara hati adalah lembaga normative yang pada akhir pengambilan keputusan moral satu-satunya yang menentukan apa yang harus dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan”.

Adam Smith Wealth of Nations (1776) dan The Theory of Moral Sentiments

“Jika ada pendapat bahwa (ilmu) ekonomi tidak mengajarkan keserakahan sedangkan (ilmu atau praktek) bisnis memang serakah, maka memang yang relevan adalah etika bisnis bukan etika ekonomi atau ekonomi moral. Namun jelas Adam Smith mengajarkan adanya homo ekonomikus atau homo socius atau homo religiousus. Artinya manusia memang mengandung pada dirinya dua sifat yang nampak bertentangan, yaitu sifat-sifat selfish-egois dan sifat-sifat social-symphathetic”.

Sun Tzu

Umpanlah Mereka dengan bayangan untung, bingungkan dan silaukan mereka.
Gunakanlah amarah untuk membuat mereka murka,
rendah hatilah agar mereka sombong.
Letihkan mereka dengan jalan berputar-putar,
bikin mereka bertengkar sendiri.

Serang mereka di saat mereka tidak menduganya,
di saat mereka lengah.

Haluslah agar kau tidak terlihat.
Misteriuslah agar kau tak teraba.
Maka kau akan kuasai nasib lawanmu.

Sun Tzu **

Semua orang berkata menang di medan tempur itu baik,
padahal tidak.
Jenderal yang memenangkan setiap pertempuran
bukanlah jagoan sejati.
Membuat musuh kalah tanpa bertempur
itulah kuncinya.
Lebih baiklah menjaga keutuhan negeri
daripada menghancurkannya.
Mengalahkan lawan tanpa bertempur
Itulah puncak kemahiran.

J.M. Keynes

“Jika seseorang terlalu lama menyendiri, khususnya di dalam bidang ekonomi, kadang-kadang dia mempercayai sesuatu yang bodoh dan mengherankan”.

Paul Samuelson

“Tidak ada yang lebih menyakitkan ketimbang mempunyai ekonom atau bekas Insinyur yang mencoba memaksakan analogi antara konsep dan fisika dengan konsep ekonomi”.

Alfred Marshall

“Tetapi tentu saja ilmu ekonomi tidak bisa dibandingkan dengan ilmu fisika yang pasti, sebab ilmu ekonomi berhubungan dengan kekuatan sifat manusia yang halus dan selalu berubah”.

Asas Kekuasaan

“Penarikan dana yang dibutuhkan perusahaan harus memperhatikan kemungkinan para pemodal atau investor yang ikut andil dalam manajemen perusahaan”.

Asas Rentabilitas

“Penarikan dana yang dibutuhkan perusahaan harus disertai dengan konsekuensi yang diambil untuk balas jasa baik dalam bentuk pembagian laba yang besarnya berubah-ubah maupun dalam bentuk pemberian bunga”.

Asas Solvabilitas

“Penarikan sumber dana yang dibutuhkan perusahaan harus memperhatikan sikap kejiwaan atau psikologis dari para calon investor. Secara garis besar ada dua sikap psikologis dari investor yaitu : investor optimis dan mau menanggung resiko, dan investor yang pesimistis dan tidak mau menanggung resiko”.

Asas Likuiditas

“Penarikan sumber dana yang dibutuhkan perusahaan, yang seharusnya memperhatikan berapa lama waktu yang disediakan terhadap dana yang akan dapat ditanamkan dalam asset perusahaan, dengan kata lain harus memperhatikan periode perputaran dari dana yang tertanam di dalam asset tersebut”.

Keputusan Dividen

“Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan diperusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan”.

Keputusan Pendanaan

“Keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan”.

Keputusan Investasi

“Keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam allocation of fund atau pengalokasian dana dalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Keputusan investasi ini akan tergambar dari aktiva perusahaan, dan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan yaitu perbandingan antara current asset dengan fixed asset”.

Manajemen keuangan

Suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, dimana didalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer keuangan”.

Kota dan Wilayah Belakangnya

PENDAHULUAN

Dalam ekonomi regional, terkadang, secara implisit dibuat asumsi bahwa daerah yang dianalisis adalah homogeny. Hal itu karena sifat analisis adalah makro. Sudah umum diketahui bahwa dalam suatu wilayah ada tempat-tempat dimana penduduk/kegiatan kurang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi penduduk dan kegiatannya dinamakan dengan berbagai istilah, yaitu kota, pusat perdagangan, pusat industry, pusat pertumbuhan, simpul distribusi, pusat pemukiman atau daerah nodal.

Daerah diluar pusat konsentrasi dinamakan dengan berbagai istilah seperti daerah pedalaman, wilayah belakang (hinterland), dan daerah pertanian atau daerah pedesaan.

A. BAGAIMANA TERBENTUKNYA KOTA-KOTA DI INDONESIA

Seandainya ada suatu daratan yang luas dan memiliki potensi yang sama, kemudian pada daratan tersebut ditempatkan keluarga-keluarga secara merata dengan jarak yang sama antara satu dengan yang lainnya maka cepat atau lambat akan terjadi konsentrasi domisili keluarga-keluarga tersebut. Hal ini terjadi karena kebutuhan social maupun karena pertimbangan ekonomi. Kebutuhan sosialnya antara lain kebutuhan tolong-menolong, bertukara pikiran, berteman, melakukan pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan sendiri, atau alasan keamanan.

Konsentrasi domisili berdasarkan pertimbangan ekonomi terutama muncul karena bakat dan keahlian yang berbeda yang akan menciptakan spesialisasi. Artinya, kebutuhan keluarga tidak lagi dihasilkan oleh masing-masing keluarga, tetapi cukup mengkonsentrasikan diri pada kegiatan tertentu sedangkan kebutuhan lainnya diperoleh melalui pertukaran (jual beli).

Ketika manusia bergerak dari satu tempat ke tempat lain (melakukan perjalanan), manusia memiliki kecendrungan untuk mengikuti alur lalu lintas yang sudah lazim digunakan oleh orang lain, dengan catatan alur itu akan membawa ketempat yang dituju. Alur itu lambat laun akan berubah dan memberi kemudahan seperti tempat istirahat, konsumsi, penginapan, dan lain-lain. Karena tujuan perjalanan yang berbeda-beda maka alur jalan tersebut akan memiliki persimpangan. Persimpangan inilah yang sering kali tumbuh menjadi tempat konsentrasi pemukiman

B. APA YANG DIDEFINISIKAN SEBAGAI KOTA

Di dalam perencanaan wilayah sangat perlu untuk menetapkan suatu tempat pemukiman atau tempat berbagai kegiatan itu sebagai kota atau bukan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga kebutuhan fasilitasnya pun berbeda dibanding dengan daerah perdesaan atau pedalaman.

Dalam menetapkan suatu konsentrasi pemukiman itu sudah dapat dikategorikan sebagai kota atau belum, perlu ada kriteria yang jelas untuk membedakannya. Salah satu criteria umum yang digunakan adalah jumlah dan kepadatan penduduk. Bagi kota yang dulunya sudah berstatus kotamadya atau sudah terkenal luas sebagai kota, permasalahannya adalah berapa besar sebetulnya kota tersebut. Misalnya ditinjau dari sudut jumlah penduduk ataupun luas wilayah yang masuk dalam kesatuan kota.

Menggunakan jumlah penduduk berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, hasilnya seringkali tidak tepat untuk menggambarkan besarnya sebuah kota. Hal ini disebabkan terkadang ada bagian (pinggiran) dari wilayah administrasi kota tersebut belum tepat dikatakan sebagai wilayah kota karena belum memenuhi persyaratan sebagai wilayah kota (misalnya masih wilayah perkebunan dan pertanian).

Biro Pusat Statistik (BPS), dalam pelaksanaan survei status desa/kelurahan yang dilakukan pada tahun 2000, menggunakan beberapa kriteria untuk menetapkan apakah suatu desa/kelurahan dikategorikan sebagai desa atau sebagai kota. Kriteria yang digunakan adalah:

1. Kepadatan penduduk per km2

2. Persentase rumah tangga yang mata pencaharian utamanya pertanian atau nonpertanian

3. Persentase rumah tangga yang memiliki telepon

4. Persentase rumah tangga yang menjadi pelanggan listrik

5. Fasilitas umum yang ada di desa/kelurahan, seperti fasilitas pendidikan, pasar, tempat hiburan, kompleks pertokoan, dan fasilitas lainnya seperti hotel, bilyar, diskotik, karaoke, panti pijat, dan salon. Masing-masing tempat diberi skor (nilai). Atas dasar skor yang dimiliki desa/kelurahan tersebut maka ditetapkan desa/kelurahan tersebut masuk dalam salah satu kategori berikut: perkotaan besar, perkotaan sedang, perkotaan kecil dan perdesaan.

Kriteria BPS diatas hanya didasakna atas kondisi (besaran) fisik dan mestinya dilengkapi dengan melihat apakah temapat konsentrasi itu menjalankan fungsi perkotaan. Misalnya, mengenai mata pencaharian penduduk perlu dibuat ketentuan bahwamata pencaharian penduduknya adalah bervariasi dan tidak tergantung hanya pada satu sector yang dominan (walupun itu bukan pertanian). Dengan demikian terdapat transaksi antar berbagai kegiatan/sector yang bernilai ekonomi. Selain itu, terdapat transaksi antar berbagai kegiatan/sector yang bernilai ekonomi.

Pada dasarnya untuk melihat apakah konsentrasi itu sebagai kota atau tidak, adalah dari seberapa banyak jenis fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota itu menjalankan fungsi perkotaan. Fasilitas perkotaan/fungsi perkotaan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Pusat perdagangan, yang tingkatannya dapat dibedakan atas melayani masyarakat kota itu sendiri

2. Pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa perusahaan

3. Tersedianya prasarana perkotaan

4. Pusat penyediaan fasilitas social seperti prasarana pendidikan termasuk kursus keterampilan dan prasarana kesehatan

5. Pusat pemerintahan, banyak kota yang sekaligus merupakan lokasi pusat pemerintahan.

6. Pusat komunikasi dan pangkalan transportasi

7. Lokasi pemukiman yang tertata.

Makin banyak fungsi dan fasilitas perkotaan, makin menggambarkan hierarki yang sebenarnya dari kota tersebut. Makin tinggi hierarkinya makin luas wilayah pengaruhnya.

C. KEUNTUNGAN BERLOKASI PADA TEMPAT KONSENTRASI

Keuntungan berlokasi pada tempat konsentrasi atau terjadinya agglomerasi disebabkan factor skala ekonomi (economic of scale) dan agglomerasi (economic of localization).

Economic of scale adalah keuntungan karena dapat berproduksi berdasarkan spesialisasi sehingga produksi lebih besar dan biaya per unitnya lebih efisien. Dasar dari economic of scale adalah faktor-faktor produksi yang tidak dapat dibagi (indivisibility). Misalnya, adanya mesin-mesin atau peralatan yang hanya terdapat dalam ukuran tertentu. Biaya per unit bisa lebih murah baik karena mesin itu lebih efisien maupun karena biaya tetap (fixed cost) tidak bertambah, walaupun jumlah produksi ditingkatkan (sampai batas tertentu ataupun proporsi kenaikannya tidak sebesar kenaikan produksi).

Economic of agglomeration ialah keuntungan karena di tempat itu terdapat barbagai keperluan dan fasilitas yang dapat digunakan oleh perusahaan. Berbagi fasilitas yang memperlancar kegiatan perusahaan, misalnya jasa perbankan, asuransi, perbengkelan, perusahaan listrik, perusahaan air bersih, tempat latihan, dan tempat reklame. Apabila dilokasi itu terdapat banyak industry maka supplier (penjual bahan) akan mendatangi tempat tersebut dan bersedia menyerahkan bahan keperluan pabrik di lokasi pabrik. Biaya pemasaran dan biaya angkutan supplier per unit lebih murah karena jumlah bahan yang dipasok ke lokasi tersebut dalam volume besar.

D. BENTUK HUBUNGAN ANTARA KOTA DENGAN WILAYAH BELAKANGNYA

Hubungan antara kota dengan wilayah belakangnya dapat dibedakan antara kota generatif, kota parasitif dan enclave.

Kota generatif ialah kota yang menjalankan bermacam-macam fungsi, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk wilayah belakangnya sehingga bersifat saling menguntungkan/mengembangkan. Kota-kota seperti ini membutuhkan bahan makanan, bahan mentah, dan tenaga kerja dari wilayah pedalaman.

Kota parasitif adalah kota yang tidak banyak berfungsi untuk menolong wilayah belakangnya dan bahkan bisa mematikan berbagai usaha yang mulai tumbuh di desa. Kota parasitif umumnya adalah kota yang belum banyak berkembang industrinya dan masih memiliki sifat daerah pertanian tetapi juga perkotaan sekaligus.

Kota yang bersifat enclave (tertutup) adalah kota yang memiliki hubungan yang tidak menguntungkan, karena kota itu berkembang tetapi tidak mengharapkan input dari daerah sekitarnya melainkan dari luar.

E. PUSAT PERTUMBUHAN (GROWTH POLE)

Pusat pertumbuhan (growth pole) dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu konsentrasi kelompok usaha atau cabang industry yang karena sifat hubungannya memiliki unsure-unsur kedinamisan sehingga mampu mestimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (wilayah belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya multiplier effect (unsur pengganda), adanya konsentrasi geografis dan bersifat mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.

1. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi

2. Adanya efek pengganda (multiplier effect)

3. Adanya konsentrasi geografis

4. Bersifat mendorong wilayah belakangnya.

Jadi, konsentrasi kegiatan ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan apabila konsentrasi itu dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara berbagai sector didalam kota) maupun ke luar (wilayah belakangnya).

F. HIERARKI PERKOTAAN

Hierarki perkotaan sangat terkait dengan hierarki fasilitas kepentingan umum yang ada di masing-masing kota. Hierarki perkotaan dapat membantu untuk menentukan fasilitas apa yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing kota. Fasilitas kepentingan umum bukan hanya menyangkut jenisnya tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Jenis fasilitas itu mungkin harus ada mulai dari kota kecil hingga kota besar tetapi kualitas pelayanan harus berbeda demikian juga kualitasnya.

Setiap kota memiliki wilayah belakang atau wilayah pengaruhnya. Makin besar suatu kota makin beragam fasilitas yang disediakan sehingga makin luas wilayah pengaruhnya. Apabila kota kecil banyak tergantung dari kota besar maka kota kecil termasuk kedalam wilayah pengaruh dari kota yang lebih besar. Untuk kota yang berlainan orde maka kota kecil itu sendiri merupakan wilayah pengaruh dari kota yang lebih besar. Namun untuk kegiatan perdagangan eceran (pemenuhan kebutuhan sehari-hari) masih mungkin untuk menetapkan batas pengaruh dari dua kota berdekatan yang berlainan orde. Hartshron, dkk (1988) menggunakan rumus yang dinamakan breaking point theory.

Rumus Breaking Point adalah sebagai berikut:



d


1 +

Pend.Z / Pend.Y

BP =

di mana:

d = Jarak antara kedua kota (diukur dari pusat perdagangan masing-masing)

Pend. Z = Penduduk kota yang lebih besar

Pend. Y = Penduduk kota yang lebih kecil

G. BERBAGAI METODE MENETAPKAN ORDE PERKOTAAN

Metode menetapkan orde perkotaan dapat dibagi atas tiga kelompok. Kelompok I penentuan orde perkotaan hanya didasarkan atas jumlah penduduk, kelompok II berdasarkan perbandingan banyaknya hubungan keluar, sedangkan kelompok III menggunkan unsur-unsur jumlah penduduk dan unsure lainnya seperti jumlah fasilitas kepentingan umum yang tersedia dan tingkat aksesibilitas kota terhadap kota lain terdekat yang lebih tinggi ordenya.

1. Hanya Menggunakan Variabel Penduduk

Kelompok I yang menggunakan variabel penduduk terdiri atas metode Christaller, rank-size rule, dan metode Zipf.

a. Metode Christaller

Perbandingan jumlah penduduk antara kota orde lebih tinggi dengan kota orde setingkat lebih rendah setidaknya tiga kali lipat. Jadi, misalnya kota orde I jumlah penduduknya tiga kali lipat dibandingkan penduduk kota orde II atau kota orde II penduduknya paling tinggi hanya sepertiga penduduk kota orde I, demikian seterusnya.

b. Metode Rank Size Rule

Dalam menetapkan orde perkotaan , metode rank size rule menggunakan rumus sebagai berikut ini.

P2 = P1 x R n-1

Di mana:

Pn = Jumlah penduduk Kota orde ke-n

P1 = Jumlah penduduk kota terbesar di wilayah tersebut (orde I)

R n-1 = Orde kota dengan pangkat -1 atau 1/Rn

Arti Rumus ini adalah jumlah penduduk kota orde ke-n adalah 1/n jumlah penduduk kota orde tertinggi (orde I, dalam hal ini P1).

c. Metode Zipf

Rumus berikut ini di buat oleh Auerbach dan Singer tetapi dipopulerkan oleh Zipf (Glasson,1974) sehingga lebih dikenal dengan metode Zipf. Rumusnya adalah:



P1


n q

Pn =

Keterangan:

Pn = jumlah penduduk kota ranking ke-n

P1 = Jumlah penduduk kota terbesar

n = Orde (ranking) kota tersebut

q = Sebuah pangkat

2. Perbandingan Persentase Hubungan Keluar

Sebuah kota tidak mungkin tidak melakukan hubungan keluar. Hubungan keluar itu dapat berupa hubungan dengan wilayah belakangnya (termasuk dengan kota orde lebih rendah), hubungan dengan kota orde sama dan hubungan dengan kota orde lebih tinggi. Banyaknya hubungan ini dinyatakan dengan jumlah trip. Secara teoritis, jumlah trip yang keluar sama dengan jumlah trip yang masuk, karena setiap trip yang pergi akan di ikuti dengan trip yang pulang.

Permasalahan dalam menggunakan metode ini adalah tidak semua kota berhubungan erat. Walupun kita bisa menetapkan perbedaan orde antara pasangan kota tetapi tetap sulit untuk membandingkan orde keseluruhan kota-kota yang ada di wilayah tersebut.

3. Gabungan Beberapa Variabel

Penentuan orde perkotaan dapat didasarkan atas gabungan beberapa variabel. Variabel yang umum dianggap berpengaruh dalam menetapkan orde perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk perkotaan

2. Banyaknya fasilitas yang dimiliki seperti luas pasar, luas kompleks pertokoan, jumlah fasilitas pendidikan, jumlah fasilitas kesehatan, beragam jasa yang dimiliki.

3. Tingkat aksesibilitas dari kota tersebut terhadap kota terdekat yang memiliki orde lebih tinggi di wilayah itu (misalnya, ibukota kabupaten/ibukota provinsi).

Batas kota tidak didasarkan atas batas administrasi tetapi didasarkan atas kondisi fisik dan memiliki fungsi perkotaan. Batas kota ini akan digunakan baik untuk menghitung jumlah penduduk maupun jumlah fasilitas yang ada di kota tersebut.

a. Faktor jumlah penduduk

b. Factor banyaknya fasilitas (pasar, pertokoan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan)

c. Tingkat aksesibilitas

H. PERMASALAHAN DALAM MENETAPKAN ORDE PERKOTAAN

Salah satu tujuan menetapkan orde perkotaan adalah agar dapat diperkirakan luas wilayah pengaruh dari kota tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan jenis dan tingkat/mutu fasilitas kepentingan umum apa saja yang perlu dibangun di kota tersebut.

Salah satu kesalahan yang sering dibuat dalam menetapkan orde perkotaan adalah batas kota didasarkan atas batas administrasi. Dalam kerangka menetapkan orde perkotaan maka batas kota harus didasarkan atas batas fisik atau batas fungsi.

Permasalahan lain dalam dalam menetapkan orde perkotaan adalah kota-kota yang tumbuh pada pinggiran/berdekatan dengan kota besar sering kali bukanlah sebuah kota yang mandiri melainkan sebagai kota satelit dari kota besar. Kota satelit sering hanya dijadikan sebagai tempat tinggal bagi penduduk yang aktivitas sehari-harinya di kota besar.

I. MANFAAT ORDE (RANKING) PERKOTAAN

1. Ranking perkotaan adalah sekaligus penyusun struktur ruang di wilayah tersebut

2. Ranking perkotaan dapat digunakan sebagai bahan untuk penyusunan program, yaitu menetukan jenis dan besarnya fasilitas yang perlu dibangun di kota tersebut sesuai dengan wilayh belakang dari pusat pertumbuhan.

3. Orde perkotaan bersama-sama dengan unsur pembentuk struktur ruang lainnya dapat digunakan untuk meramalkan bagian wilayah mana yang akan cepat berkembang.

4. Mudah memonitor apakah terjadi perubahan bentuk hubungan antara kota orde yang lebih tinggi dengan kota orde yang lebih rendah.

5. Sebagai bahan masukan untuk perencanaan perkotaandan perencanaan pembangunan daerah, termasuk penetapan kebijakan tentang keseimbangan pertumbuhan antarkota dan antara kota dengan wilayah belakangnya.

6. Perlu diperhatikan kota-kota yang berada pada masa perubahan (pancaroba).

Boston VS European

The Cocktail Shaker
Boston-VS-European

Disini ada dua jenis shakers yaitu European shaker dan Boston shaker. Hanya saja European shaker sedikit lebih kecil. Perbedaan dari kedua shaker tersebut adalah :

1. Dilihat dari bentuk kedua shaker jelas terlihat berbeda.
2. Terdapat Strainer dalam European shaker, jika anda selesai mengocok minuman, akan terlihat diatasnya sebuah saringan “Strainer”.
3. Dengan Boston shaker anda dapat mengocok minuman campuran “cocktail” menggunakan mixing glass, tapi jangan mencampur dengan fresh fruit.
4. Jika melihat Boston shaker modelnya lebih ramping.

European shaker lebih mudah digunakan jika anda baru mulai untuk belajar membuat minuman campuran “cocktail” tapi hanya bisa digunakan untuk mengocok saja, jika untuk Flairing biasanya menggunakan Boston shaker.
Apabila anda menggunakan Boston shaker, hendaknya tertutup dengan rapat bersama mixing glassnya, agar minuman dan es nya tidak tertumpah keluar, jika selesai mengocok ketuklah shaker agar lebih mudah melepaskan shaker dan mixing glassnya, untuk penyaringan biasanya Bartender harus menggunakan saringan “Strainer” diatasnya setelah pengocokan selesai, saringan bisa menggunakan Metal Strainer atau sejenisnya, sebelum dituangkan hendaknya gelas didinginkan terlebih dahulu.

Cocktail shaker yang dapat di gunakan adalah sebagai berikut :

Wide Cap Deluxe 3 Piece Shaker SH-WCD3
Shaker ini mempunyai 3 bagian, bahan terbaik terbuat dari stainless steel, sudah banyak dikenal dan sering digunakan di rumah.

28 oz. Weighted Shaker SH-W28
Cocktail shaker atau Boston shaker ada yang terbuat dari timah, tetapi untuk bahan lebih bagus dari stainless steel, shaker ini biasa digunakan bersamaan dengan mixing glass, untuk Flairing biasanya Bartender menggunakan shaker ini, karena ukurannya cukup untuk 28 oz minuman.

18 oz. Shaker SH-18
Shaker ini kelihatan lebih pendek akan tetapi dalamnya bisa memuat lebih dari 18 oz yaitu sampai 28 oz. Ukuran seperti ini sangat mudah untuk digunakan, terdapat dua jenis bahan yaitu timah dan stainless steel.

28 oz. Regular Shaker SH-28
Cocktail shaker atau Boston shaker 28 oz ini ada yang terbuat dari timah, shaker ini biasa digunakan bersamaan dengan mixing glass atau bisa dihubungkan dengan shaker 16 oz. Selain untuk mengocok shaker ini bisa digunakan untuk tempat mengaduk minuman dengan cara “Stir”. Bahan yang bagus terbuat dari stainless steel.

Black Shaker-Mat BM
Ini adalah alas untuk shaker bisa digunakan sebagai tempat mengeringkan shaker. Jadi Bartender tidak usah repot untuk menggunakan Bar Rag untuk mengeringkan shaker. Alat ini masih terbilang baru dan masih jarang digunakan. Manfaat menggunakan alat ini adalah untuk memberikan pelayanan yang cepat dan lebih baik.

IT pendukung promosi Hotel & Restoran

IT SEBAGAI PENDUKUNG

PROMOSI HOTEL & RESTAURANT DI BANDUNG

Oleh : Jaenudin

Banyak sekali pilihan bagi wisatawan macanegara maupun domestik yang sedang atau akan berwisata di Bandung untuk menginap dalam acara menikmati wisatanya di Bandung. Di Bandung banyak bertebaran hotel, mulai dari hotel bintang satu sampai hotel berbintang lima. Selain itu terdapat banyak Restaurant, Cafe’ dan Rumah Makan

Masalah yang timbul adalah bahwa tidak setiap wisatawan mengetahui informasi yang tepat tentang seluk beluk Hotel & Restaurant di Bandung terutama wisatawan asing atau mancanegara. Hal ini perlu di sikapi oleh setiap pengusaha Hotel & Restaurant di Bandung.

Tidak mudah ternyata untuk memutuskan tempat penginapan dan tempat untuk makan yang tepat terutama dalam keadaan informasi yang sangat terbatas tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya seorang pengusaha/pengelola (perhotelan & restaurant) maka, memudahkan customer untuk mencari hotel & restaurant adalah suatu keharusan yang harus dilakukan. Ada beberapa cara untuk memberikan informasi tentang hotel & restaurant, mulai dari pemasangan iklan di Koran, radio, maupun televisi. Di sana dapat menampilkan baik secara statis atau dinamis. Hal yang paling utama dalam menampilkan hotel & restaurant dalam media di atas tentunya sangat berkaitan dengan biaya yang keluarkan, semakin interaktif dan informative iklan hotel & restaurant, maka biayanya pun akan keluar semakin banyak.

Pilihan lain selain media di atas dalam menginformasikan hotel & restaurant terutama yang berhubungan dengan keaktraktipan, ke-informatipan, real time dan murah dengan jangkauan yang global dalam rangka mempermudah customer untuk langsung membooking, media website adalah pilihan yang paling tepat untuk promosi hotel & restaurant.

Iklan atau promosi tersebut melalui website dapat di lakukan melalui 3 jalur:

  1. Dengan membuat website hotel & restaurant yang baik dan mempunyai daya tarik dengan tidak lupa memberikan kemudahan constumer di dalamnya.
  2. Dengan memasang iklan di website/portal besar (missal website directory), tentunya yang berada di kota Bandung, terutama website yang berada dihalaman pertama search engine.
  3. Mengabungkan kedua alternative di atas, yaitu selain membuat website juga memasang iklan di website/portal kota Bandung.

Dalam membuat website sebaiknya mengunakan desain web yang bagus. Ada beberapa karakteristik dari website hotel yang meningkatkan interaksi bisnis hotel & restaurant langsung dengan hotel & restaurant:

  1. Website hotel & restaurant yang bagus akan mendatangkan keuntungan yang maksimal.
  2. Website hotel & restaurant yang bagus memiliki detail yang lengkap tentang layanan dan fasilitas yang ada.
  3. Website hotel & restaurant yang bagus akan memberikan informasi yang berguna tentang tujuan hotel & restaurant tersebut.
  4. Website hotel & restaurant yang bagus akan muncul pada halaman pertama di search engine.
  5. Website yang bagus harus mudah digunakan untuk booking secara online.
  6. Website yang bagus akan memberikan informasi tentang bagaimana pengunjung menemukannya, kata kunci yang di gunakan untuk menemukan.

Teknis Website Hotel & Restaurant Yang Baik

  • Tampilkan gambar/photo hotel & restaurant yang terbaik tetunya untuk kebutuhan desain web yang terpadu dan atraktif (Gambaran nyaman dan tidaknya hotel & restaurant akan terpancar di sini). Tentunya gambar/photo juga berlaku untuk iklan yang dipasangkan di portal terkenal.
  • Perbanyak berkomunikasi dengan gambar, headline yang menarik (kebanyakan user akan bosan jika membaca tulisan panjang, kecuali untuk content up-date website untuk meningkatkan rangking di search engine).
  • Gambar atau photo harus sering menggunakan gambar secara meluas. Termasuk photo kamar dan menu makanan. Pastikan juga website dapat menampilkan gambar dengan cepat.
  • Desain web secara teknis haruslah mulus, tanpa gambar yang hilang atau link yang mati.
  • Web yang di buat harus dapat berjalan dengan sempurna di semua browser, terutama IE, Netscape dan Mozila.
  • Layar monitor harus dipenuhi dengan rapi dan tidak perlu scroll untuk melihat-lihat website (hal ini dapat mempercepat transfer informasi dan desain web yang nyaman).
  • Website adalah sebagai jendela untuk promosi hotel & restaurant di dunia.
  • Tekankan pada akomodasi yang ditawarkan, itu juga merefleksikan web secara keseluruhan, dan juga seharusnya mengikut sertakan detail hotel & restaurant, layanan, menu makanan dan fasilitas. Seperti:

· Apakah hotel & restaurant dapat mengadakan resepsi pernikahan

· Apakah hotel & restaurant menawarkan fasilitas konferensi

· Apakah hotel punya restoran, sarana olahraga atau kolam renang dan apapun yang ada di hotel.

· Apakah Restaurant menawarkan jasa pengiriman delivery service.

· Pastikan informasi dan fotonya dalam halaman yang berbeda yang menyediakan informasi ini.

  • Website harus atraktif dan punya info yang lengkap tentang tujuan hotel & restaurant tersebut.
  • Website harus dapat menawarkan sesuatu yang berbeda misalnya, informasi yang berharga yang tidak dimiliki oleh orang lain.
  • Ingatlah, pengunjung penting Anda adalah search engine yang akan mendapat informasi yang akan membantu search engine untuk menentukan ranking berdasarkan kata kunci penting yang digunakan. Ini berarti web haruslah optimised untuk search engine sama seperti manusia, yaitu dengan mengisi content website dengan konten yang bermutu.
Sekelumit informasi ini, mudah-mudahan menjadi bahan sumbangan bagi para pengusaha perhotelan & restaurant yang ingin mengembangkan usahanya. Penulis bukanlah seorang guru yang ingin mengurui, tetapi penulis hanya ingin sedikit menyumbangkan pengetahuan, yang mudah-mudahan bermanfaat bagi semua orang, karena sebenarnya tidak menutup kemungkinan usul-usul diatas dapat diterapkan untuk produk usaha lainnya. (Jay’s)