Jasa Transportasi Taksi

Jasa Transportasi Taksi
Di Kota Bandung



A. Latar Belakang
Transportasi secara umum mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat pembangunan ekonomi, dan sosial politik suatu negara. Pengangkutan merupakan sarana dan prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi (Rate of Growth).

Kebutuhan akan jasa-jasa transportasi ditentukan oleh barang-barang dan penumpang yang diangkut dari satu tempat ketempat lainnya. Jumlah kapasitas angkutan yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan masih terbatas, disamping itu permintaan terhadap jasa transportasi merupakan derived demand.

Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sangat membutuhkan layanan taksi yang memadai. Tetapi kami menyaksikan bahwa layanan taksi di Kota Bandung sangat jauh dari harapan para pengguna taksi. Dengan masuknya armada taksi di Kota Bandung haruslah mengutamakan layanan pelanggan sebagai sebuah langkah meningkatkan kualitas jasa transportasi yang baik dan bermutu.

Taksi argo baru muncul di kota Bandung kira-kira sekitar tahun 1987-1988 an. Sebelumnya taksi di Kota Bandung berupa taksi plat hitam yg tarifnya harus nego (murah), dan pada umumnya jasa angkutan taksi beroperasi disekitar Stasiun Kereta.

Rupanya budaya nego ongkos taksi ini diwariskan ke taksi argo yang muncul kemudian, setelah bermunculan perusahaan-perusahaan taksi yang baru, akhirnya semua perusahaan jasa angkutan taksi harus seperti semula, memakai sistem negoisasi. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan pengguna jasa angkutan taksi dan persaingan yang semakin banyak akan jasa transportasi taksi di Kota Bandung.

Taksi yang masih menggunakan argo (sebelum blue bird datang ke Bandung) adalah Gemah Ripah, Taksi Bandara, Taksi 4848, Taksi Bandung Raya, Taksi Kota Kembang dan Taksi Centris, dengan catatan jika jasa angkutan taksi ini beroperasi secara bersamaan dengan taksi yang lain, mau tidak mau mereka harus mengikuti aturan main jika ingin beroperasi di tempat yang sama (harus nego), dan Taksi bandara pun jika keluar dari Bandara harus ada tarif minimalnya.

Setelah Taksi Blue Bird masuk di Kota Bandung dan jika dilihat perusahaan jasa angkutan ini lebih memihak kepada konsumen, tampaknya mendapat sambutan yang baik, karena setelah menggunakan argo, ternyata ongkosnya jauh lebih murah. Jadi sekarang ongkos argo itulah yang biasa dijadikan patokan untuk nego bila naik taksi yang lain.

B. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang yang diuraikan diatas maka permasalahan yang dikaji adalah penentuan harga jasa angkutan pada saat dan tempat tertentu sebagai dari hasil jumlah jasa angkutan taksi yang diminta (demand) dan jumlah jasa angkutan taksi tersedia (supply) di Kota Bandung yang semakin bersaing .

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindikasi bentuk atau pola yang diperlukan dalam mengarahkan peran taksi di Kota Bandung agar semakin baik. Sedangkan sasaran yang diharapkan dalam melakukan penelitian ini adalah menganalisis peran taksi sebagai jasa transportasi yang diminati oleh masyarakat Kota Bandung.

C. Landasan Teori
Untuk pengelolaan transportasi, banyak faktor ekstern yang bisa mempengaruhi jalannya kegiatan perusahaan jasa transportasi antara lain:
a. UU/PP (Undang-Undang/Peraturan Pemerintah)
UU atau kebijakan pemerintah merupakan faktor yang dominan terhadap pengaruh pengelolaan usaha jasa transportasi.
b. Kebijaksanaan/Pengaturan pihak Pemerintah Pusat dan daerah
Kebijaksanaan pemerintah yang ikut mempengaruhi atas usaha transportasi adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai pengadaan jasa angkutan umum.
c. Pengaruh pemakai jasa
Perusahaan angkutan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan jasa angkutan, agar memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pengguna jasa.
Bagi pemakai jasa yang diutamakan dalam soal pengangkutan ialah aman, teratur, tertib, memuaskan, cepat, serta menyenangkan.
Tinggi rendahnya income/pendapatan suatu perusahaan angkutan (umpamnya angkutan seperti taksi tergantung pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pada umumnya Perusahaan Angkutan seperti taksi mempunyai daya saing yang kuat sekali.
Dari segi demand inilah merupakan titik tolak, apakah satu perusahaan Break even atau tidak, jadi dibutuhkan adanya demand forecast.

Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan akan jasa angkutan taksi sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis permintaan akan jasa angkutan taksi di kota Bandung sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk di Kota Bandung sudah cukup pesat. Pertumbuhan ini semakin cepat dengan berdatangannya penduduk dari luar kota, dari daerah-daerah sekitar Jawa Barat ataupun di luar Provinsi Jawa Barat. Mulai dari mahasiswa yang kuliah di Kota Bandung sampai para pencari kerja yang mengadu nasibnya di kota Bandung.
2. Pembangunan wilayah dan daerah
Saat ini pembangunan di Kota Bandung semakin pesat apalagi pertumbuhan ekonomi yang terjadi sekarang semakin meningkat di ikuti dengan banyaknya industri-industri yang dibangun, tidak heran dengan adanya pemekaran daerah maka setiap wilayah di kota Bandung berlomba untuk membangun daerahnya masing-masing. Melihat perkembangan ini maka jasa transportasi haruslah dapat mendukung, salah satunya Taksi sebagai penunjang pembangunan di kota Bandung.
3. Transmigrasi dan penyebaran penduduk
Transmigrasi dan penyebaran penduduk keseluruh daerah di Indonesia salah satu faktor demand yang menentukan banyaknya jasa-jasa angkutan yang harus disedikan oleh perusahaan angkutan. Selain daripada jasa-jasa angkutan yang disediakan, harus diperhatikan pula keamanan, ketepatan, keteraturan, kenyamanan dan kecepatan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa.
4. Analisis dan Proyeksi akan permintaan jasa angkutan taksi
Sehubungan dengan faktor-faktor tersebut diatas, maka dalam memenuhi permintaan akan jasa transportasi taksi perlu diadakan perencanaan transportasi yang mantap dan terarah, agar dapat menutupi kebutuhan akan jasa transportasi taksi yang diperlukan oleh masyarakat kota Bandung
a. Analisi Rasio (ratio analysis)
Dengan analisis rasio yaitu membandingkan antara kebutuhan dan penyedia jasa transportasi setiap bulan kuartal dan tahun, bisa diketahui pertambahan, penurunan, permintaan akan jasa transportasi taksi. Metode ini sangat sederhana dan mudah diaplikasikan dalam praktik sehari-hari.
b. Pendekatan secara sistematis
Analisis secara matematis hasilnya akan lebih baik daripada metode analisis rasio, karena dalam hal ini digunakan rumus-rumus matematik/statistik. Salah satu cara yang dapat digunakan ialah dengan “Analisis Garis Regresi” (Regression Analysis). Garis Regresi menggunakan fungsi linear.
Y = a0 + a1 x1 + a2 x2 +…an xn + U
Y = adalah fungsi linear (umpama jumlah trip)
U = menerangkan Random Error Coefficien :
a0, a1 dan an adalah besarnya (luasnya) error pada U2, yaitu antara yang actual
dengan yang diramal.
Koefisien merupakan factor variable terhadap X, yang menunjukan adanya perubahan-perubahan atas dependend variabel pada x.

Penyedian jasa transportasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat ada kaitannya dengan permintaan akan jasa transportasi secara menyeluruh. Tiap moda transportasi mempunyai sifat, karakteristik dan aspek teknis yang berlainan, yang akan mempengaruhi jasa angkutan yang ditawarkan oleh pengangkutan. Dari segi penawaran/supply jasa angkutan taksi dapat dibedakan dari segi:
1. Kendaraan yang dioperasionalkan
2. Peralatan yang digunakan
3. Kapasitas yang tersedia
4. Kondisi teknis kendaraan yang digunakan
5. Produksi jasa yang dapat diberikan oleh perusahaan angkutan taksi
6. System pembiayaan dalam pengoperasian alat pengangkutan transportasi taksi

Setiap perusahaan jasa angkutan taksi harus benar-benar memperhatikan segala aspek dalam operasional karena agar pengguna jasa angkutan taksi merasa puas yang berhubungan dengan:
1. Keamanan
2. Ketepatan
3. Kerapihan
4. Kenyamanan
5. Kelengkapan
6. Kebersihan
7. Keramah tamahan
8. Pemberi informasi

D. Metode Penelitian
1. Sampel Penelitian
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa wawancara dan kuesioner, untuk memperoleh data primer, dan studi kepustakaan untuk mengumpulkan data sekunder dari instansi terkait, serta buku-buku relevan dengan penelitian ini. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis Korelasi Rank (peringkat) dan Analisis Garis Regresi. Langkah-langkah yang telah ditempuh adalah identifikasi, kategorisasi atau klasifikasi serta analisis terhadap berbagai informasi yang ditemukan. Dengan analisis data ini diharapkan dapat menghasilkan deskripsi mengenai kategori taksi yang baik dan memenuhi selera konsumen.
Teknik penentuan responden yaitu dilakukan oleh 30 orang responden, selanjutnya penelitian ini dilakukan dengan meneliti 10 responden sebagai sampel penelitian.

2. Metode Analisis
Dengan analisis Korelasi Rank kami akan membandingkan kedua taksi yaitu taksi Blue Bird dan taksi Gemah Ripah, kedua taksi tersebut akan dinilai oleh sepuluh responden melalui beberapa kriteria. Taksi yang paling diminati akan diberi nilai 1 sampai 10 dari oleh responden untuk memberikan rank peringkat. Hasil dari pemberian rank adalah sebagai berikut:


No Klasifikasi Blue Bird Gemah Ripah
1 Keamanan 9 8
2 Ketepatan 5 3
3 Kerapihan 10 9
4 Kenyamanan 9 7
5 Kelengkapan 8 7
6 Kebersihan 10 8
7 Keramah tamahan 7 5
8 Pemberi informasi 2 1

Apabila dibuat koefisiensi korelasi antara rank dari Blue Bird dan Gemah ripah terhadap klasifikasi tersebut, maka akan diperoleh koefisiensi korelasi kriteria taksi yang baik.
rrank = 1 – 6di2
n(n2-1)
dimana di =selisih dari pasangan rank ke-i;
n = banyaknya pasangan rank (dalam hal ini n = 10)
rumus ini disenut rumus Spearman.
Koefisien korelasi rank antara Blue Bird dan Gemah Ripah dalam penilaian oleh 10 orang terhadap 8 klasifikasi.
Rank Blue Bird 9 5 10 9 8 10 7 2
Rank Gemah Ripah 8 3 9 7 7 8 5 1
Selisih Rank (d) 1 2 1 2 1 2 2 1
d2 1 4 1 4 1 4 4 1

Penyelesaian
rrank = 1 – 6di2
n(n2-1)
= 1 – 6(1 + 4 + 1 + 4 + 1 + 4 + 4 + 1)
10(100 – 1)
= 1 – 0,12
= 0,88

E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil dari penelitian kami menyatakan bahwa taksi Bluebird lebih diminati daripada sebagian besar taksi lain, keunggulan tersebut sebagai berikut :
• Selalu menggunakan argo, artinya tidak perlu ada ritual tawar menawar harga.
• Mobil yang terawat, walaupun mobil keluaran lama.
• Pengemudi relatif tidak ugal-ugalan dibandingkan dengan taksi lain, ada atau tidak ada penumpang.
• Pengemudi yang berpakaian sopan dan relatif lebih ramah dibandingkan taksi lain.
• Ada identitas pengemudi yang jelas dan ada nomor seri taksi.
Dalam eksistensi sebuah kota, taksi dibutuhkan sebagai pilihan sarana angkutan umum yang menawarkan privasi, fleksibilitas, dan kenyamanan yang lebih tinggi. Bahkan, bagi pengunjung dari luar kota, yang tidak menggunakan kendaraan pribadi, jasa taksi yang tidak terikat trayek menjadi pilihan praktis. Selain melayani warga, taksi juga menjadi artifak awal yang mengenalkan pengunjung pada karakteristik dan identitas sebuah kota. Taksi menjadi salah satu potret bagaimana sebuah kota melayani warganya. Bandung sebagai kota yang makin mengedepankan jasa, sewajarnya didukung dengan layanan taksi yang prima. Sayangnya, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya. Sudah sejak lama taksi di Kota Bandung dikenal dengan layanannya yang tidak memuaskan.

Taksi Blue Bird sudah mengantongi izin berdasarkan SK wali kota per Oktober 2005 untuk 200 armadanya. Namun Berdasarkan hasil analisa dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, Namun, baru 50 kendaraan yang memiliki izin operasional. Pertimbangan dikeluarkannya izin adalah Kota Bandung berdasarkan SK gubernur memiliki kuota 2.000 taksi. Saat ini yang berizin termasuk Blue Bird total 1.300. Sementara yang beroperasi di lapangan sebelum ada Blue Bird hanya 700 armada.
Kondisi 700 taksi yang beroperasi ini pun, sebagian besar sudah tua dan tidak sesuai standar pelayanan yang baik karena tidak memiliki argo dan AC. Padahal, masyarakat Kota Bandung memerlukan pelayanan transportasi yang baik. Dengan adanya Blue Bird diharapkan ada transfer management sehingga perusahaan taksi yang kondisinya kurang baik dapat berangsur menyesuaikan diri. Dengan beroperasinya Blue Bird, armada taksi yang berada di lapangan bahkan belum mencapai 1.000 armada. Sebagai contoh taksi 4848 yang memiliki kuota 170 baru beroperasi 24 armada.
Prinsipnya kita mendukung perusahaan taksi yang ada untuk menjadi lebih baik dan dengan adanya Blue Bird, dapat terjadi persaingan sehat dalam hal pelayanan.
F. Kesimpulan
1. Pengusaha taksi di Bandung harus memiliki mental pengusaha yang baik, dimana ketika ada pesaing yang lebih baik, seharusnya meningkatkan kualitas pelayanannya, bukannya melakukan protes dan demo.
2. Pengusaha taksi di Bandung kurang memahami bahwa dunia semakin venus (seperti yang dikatakan oleh pakar marketing: Hermawan Kartajaya), di mana sekarang pelanggan akan mencari layanan yang membuat mereka senang dan nyaman. Bukan sekedar taksi yang memindahkan mereka dari satu tempat ke satu tempat lainnya. Seharusnya pengusaha taksi di Bandung belajar lagi bagaimana meningkatkan kualitas pelayanan, belajar lagi bagaimana me-marketing layanan yang baik dan diinginkan oleh pelanggan.
3. Pengusaha taksi di Bandung harus mengubah sistem manajemen perusahaan mereka. Kalau tidak sanggup mensejahterakan pengemudi dengan jaminan kesehatan dan jaminan sosial lainnya, minimal tidak memberatkan pengemudi taksi dengan sistem setoran yang harus nombok.
4. Pengusaha taksi harus lebih bersifat manusiawi kepada para pengemudi taksinya, karena mereka bukan sapi perahan. Seharusnya pengusaha taksi memperlakukan para pengemudinya sebagai partner/mitra usahanya.
5. Pengusaha taksi juga harus menyediakan pendidikan/training kepada para pengemudi taksinya, supaya mereka melayani pelanggan dengan baik. Memang inti permasalahannya adalah bagaimana pengemudi dapat melayani dengan baik kalau setiap hari dikejar-kejar setoran.
Menurut kami, masalah yang paling besar dari sistem taksi di Bandung adalah bukanlah mobilnya yang jelek, bukanlah pengemudinya yang main borongan, tapi karena mentalitas pengusaha taksinya yang masih perlu dibereskan.
Namun yang kami lihat sampai hari ini, pelayanan taksi di Bandung masih begitu saja. Kalau memang pengusaha taksi di Bandung ada niat dan komitmen untuk meningkatkan kualitas taksinya, kami pikir tidak ada yang sulit. Terbukti, Blue Bird sudah membuktikannya, dan bisa. Padahal jumlah taksi Blue Bird yang diijinkan hanya berjumlah 200 unit (sekira 12% dari jumlah taksi di Bandung). kami lihat memang pengusaha taksi di Bandung tidak punya komitment dan niat untuk memperbaiki layanan saja sepertinya tidak ada.
Untuk memperbaiki layanan taksi, sesungguhnya gubernur Jawa Barat telah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 551.23/2989/Sarek, tanggal 29 Agustus 2005. Melalui SK tersebut, taksi di Kota Bandung diharuskan menggunakan argometer sesuai tarif yang telah ditentukan dan ditera ulang instansi berwenang. Syarat kenyamanan pun ditetapkan. Perusahaan harus mengoperasikan armada taksi yang laik jalan dengan usia maksimal tujuh tahun, bersih, dan terpelihara. Selain itu, taksi juga harus dilengkapi fasilitas pendukung seperti AC, radio komunikasi, lampu tanda bahaya, dan sabuk keselamatan. Namun, hingga kini SK yang sudah hampir satu tahun dikeluarkan hanya seperti angin lalu, dan sangat minim terimplementasikan.
Sukses keberadaan suatu produk di masyarakat sangat ditentukan oleh interaksi, negosiasi, dan renegosiasi, serta feed back loops yang terus berlangsung sepanjang proses. Keengganan pengemudi dan pengusaha taksi untuk menggunakan argometer dan meningkatkan layanan sesungguhnya menjadi bumerang, karena taksi kemudian menjadi angkutan umum yang tidak populer. Konsumen hanya menggunakan taksi pada kondisi yang sangat terpaksa, dan disertai dengan perasaaan dongkol dan kecewa.



Daftar Pustaka

Abbas Salim, H,A, 1993, Manajemen Transportasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996), Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek dan Teratur, Departemen Perhubungan, Jakarta.

Keputusan Gubernur, Jawa Barat, Surat Keputusan (SK) Nomor 551.23/2989/Sarek, tanggal 29 Agustus 2005, Bandung.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum.

J. Supranto, 2000, Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 1992, Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.

Web Site http://www.bluebirdgroup.com, diakses pada tanggal 3 Januari 2008

2 komentar:

citra mengatakan...

Setiap perusahaan jasa angkutan taksi harus benar-benar memperhatikan segala aspek dalam operasional karena agar pengguna jasa angkutan taksi merasa puas yang berhubungan dengan:
1. Keamanan
2. Ketepatan
3. Kerapihan
4. Kenyamanan
5. Kelengkapan
6. Kebersihan
7. Keramah tamahan
8. Pemberi informasi

sorry saya mau tanya, ini dapat drmn yaa? ini berdasarkan teori atau dr dep.hub? terima kasih

Unknown mengatakan...

sangat membantu, trimakasih

Posting Komentar